Sunday, May 23, 2010

Bertarung 4 Jam, Putra Berpulang

This interesting article addresses some of the key issues regarding indonesia. A careful reading of this material could make a big difference in how you think about indonesia.
TEKNOLOGI - SAINS
SURABAYA -- Perjuangan berat Ramdan Aldil Saputra alias Slamet Hadi Syahputra melawan berbagai komplikasi dalam tubuhnya berakhir sudah. Sayang, akhir perjuangan itu tak berbuah manis. Balita 3,5 tahun yang 24 April lalu menjalani transplantasi liver di RSUD dr Soetomo itu meninggal dunia sekitar pukul 4.55 kemarin pagi (23/5). Putra bungsu pasangan Bambang Sutondo Winarno-Sulistyowati itu dipaksa menyerah dan berpulang setelah melewati pertarungan dahsyat selama empat jam. Ketua tim liver transplant RSUD dr Soetomo, dr Sjamsul Arief SpA(K) MARS, mengatakan bahwa kondisi Putra terus menurun sejak sekitar pukul 01.00 dini hari kemarin.

Ketika itu, monitor yang terhubung pada tubuh Putra menunjukkan bahwa saturasi (kadar oksigen dalam darah) oksigennya menurun. Kalau malam sebelumnya sudah mencapai 100 persen, meskipun masih dengan bantuan respirator (alat bantu pernapasan), lepas tengah malam itu saturasinya tiba-tiba menurun hingga sekitar 40 persen. 

Hal itu tentu saja berbahaya bagi Putra. Sebab, saturasi oksigen yang hanya sedikit menunjukkan bahwa paru-parunya tidak bisa mengembang dan berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida. Hal itu menyebabkan asupan oksigen untuk organ-organ tubuh Putra yang lain ikut berkurang. Sehingga, kerja organ-organ tubuhnya terganggu.

Rendahnya saturasi itu akhirnya menyebabkan fungsi jantung Putra, yang selama ini tidak pernah bermasalah, ikut terganggu. Sekitar pukul 04.25, kerja jantung Putra mulai berat karena tidak mendapatkan oksigen dari paru-paru. "Padahal, selama ini jantung, ginjal, itu baik semua. Yang ada gangguan paru-parunya saja. Baru akhir-akhir jantungnya memburuk karena tidak dapat bantuan oksigen yang cukup," kata Sjamsul. 

Tim dokter sudah berusaha untuk memacu kerja paru-parunya dengan cara memompa. Namun, upaya itu tidak berhasil membuat paru-paru Putra mengembang. Sekitar pukul 04.55, Putra menghembuskan nafas terakhirnya dalam ruang perawatan khususnya di Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr Soetomo.

Putra pergi dalam keadaan tidur. Sebab, sejak saturasi oksigennya memburuk, konsultan ICU dan critical care yang merawatnya, dr Arie Utariani SpAn-KIC dan dr Philia Setiawan SpAn-KIC, memang membuatnya tidur dengan sedasi. Tujuannya, agar kerja jantung serta paru-parunya tak terlalu berat.

Pada saat-saat terburuk Putra, tim dokter pun masih berusaha keras untuk menyelamatkan nyawanya. Mereka berupaya memacu kerja paru-paru Putra, agar organ tersebut mampu kembali mensuplai oksigen. Namun, upaya itu tidak berhasil. Selain fungsi jantungnya yang terganggu terlihat dari detak jantungnya yang menurun. Tekanan darahnya pun turun drastis. "Akhirnya, jantungnya yang nggak kuat. Kami sudah berupaya. Rasanya harapan itu tinggi sekali untuk Putra. Tapi, saya pikir semua itu haknya yang punya. Haknya yang di atas untuk memberikan. Saat inilah mungkin yang terbaik bagi Putra untuk pergi," kata dr Arie.

It's really a good idea to probe a little deeper into the subject of indonesia. What you learn may give you the confidence you need to venture into new areas.

Kepergian Putra baru diberi tahukan kepada kedua orang tuanya sekitar pukul 5.15. Bambang dan Sulistyowati memang tidak bisa selalu berada di dekat anak bungsunya itu. Sebab, kamar perawatan Putra dijaga agar benar-benar steril, karena anak itu harus mengonsumsi obat immunosuppressant untuk melemahkan daya tahan dan penolakan tubuhnya terhadap liver baru yang dicangkokkan dari ibunya. Pasutri itu selama ini menunggui Putra dari kamar 609 di lantai 6 Graha Rawat Inap Utama (GRIU) Graha Amerta.

Sekitar pukul 05.30, barulah orang tua Putra tiba di ruang perawatan khusus itu untuk melihat jenazah anak mereka. Begitu tiba, wajah keduanya terlihat shock dan seperti habis menangis. Ketika keluar dari ICU, Sulistyowati terlihat lemas, dan harus berjalan dengan dipapah oleh sang suami. Air mata terus menetes dari kedua matanya.

Di kamarnya, di ruang 609 GRIU Graha Amerta, Sulis hanya bisa duduk selonjor di tempat tidur sambil memangku koran Jawa Pos yang memajang foto-foto Putra. Dia menangis tersedu-sedu sambil membelai wajah Putra di foto-foto itu.

Malam harinya, sebelum mendapatkan kabar Putra meninggal dunia, Bambang dan istrinya mengaku sama-sama bermimpi sedang bermain dengan anak bungsunya itu. Lewat mimpi itu, Putra seolah berpamitan kepada kedua orang tuanya. Mengenai kepergian Putra, Bambang mengaku sudah ikhlas. "Saya sudah rela. Nggak ada niat untuk menuntut atau apa. Sebab, semua sudah melakukan yang terbaik untuk Putra," kata Bambang.

Kematian Putra menarik simpati banyak pihak. Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf beserta sang istri, Ummu Fatma, dan keluarganya sekitar pukul 07.15 datang melayat. Mereka sempat melihat jenazah Putra di ruang ICU, kemudian menemui Bambang dan Sulistyowati di GRIU Graha Amerta.

Wagub yang akrab disapa Gus Ipul itu mengungkapkan bela sungkawa dari Gubernur Jatim, Soekarwo, yang sedalam-dalamnya atas kepergian Putra. "Pak Gubernur memberikan ucapan bela sungkawa yang mendalam. Mudah-mudahan keluarga yang ditinggalkan, khususnya orang tuanya, diberi kesabaran dan kekuatan sehingga bisa paling tidak melewati masa-masa seperti ini dengan baik," katanya.

Gus Ipul, atas nama Soekarwo, juga mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada tim RSUD dr Soetomo yang siang malam berusaha keras menyelamatkan nyawa Putra. "Apa yang telah dilakukan saya kira merupakan sesuatu yang patut dicatat oleh sejarah kedokteran Indonesia. Meskipun takdir menentukan lain, usaha keras yang telah dilakukan tim dokter patut mendapatkan penghargaan dari kita semua," katanya.

Setelah kedatangan Gus Ipul,  sekitar pukul 7.30, tubuh Putra (panggilan baru Ramdan) dibawa dari ruang Intensive Care Unit (ICU) di lantai 2 Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) ke kamar mayat RSUD dr Soetomo untuk disucikan.

Jenazah putra bungsu pasangan Bambang Sutondo Winarno-Sulistyowati itu kemudian dishalatkan dalam dua gelombang di Masjid An-Nur, di kawasan RSUD dr Soetomo. Sekitar pukul 09.05, jenazah Putra diberangkatkan ke kampung halamannya, di kecamatan Gandusari, Trenggalek, untuk dimakamkan. (rum)

There's a lot to understand about indonesia. We were able to provide you with some of the facts above, but there is still plenty more to write about in subsequent articles.

No comments:

Post a Comment