Tuesday, September 27, 2011

Demi JO, Syafii Maarif Rela Naik Bajaj

Jalan terbaik tindakan untuk mengambil kadang-kadang tidak jelas sampai Anda telah terdaftar dan dianggap alternatif Anda. Paragraf berikut ini akan membantu petunjuk Anda ke apa yang para ahli pikir signifikan.
KOMPAS.com - Ahmad Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tak ingin melepas momentum perayaan HUT ke-80 Pemimpin Umum harian Kompas, Jakob Oetama. Mengenakan pesawat, anggota Komite Etik KPK ini pun melesat menuju Jakarta sejak Selasa pagi (27/9/2011). Setiba di bandara Soekarno-Hatta, Syafi'i melanjutkan perjalanan menuju kantor Kompas di Palmerah Selatan, Jakarta Selatan.

Bukan dengan kendaraan pribadi, pria yang disapa Buya ini memilih berkendara umum. Bahkan, Ia pun rela menggunakan bajaj berbahan bakar gas untuk menghadiri HUT Jakob Oetama.

"Saya turun di depan gedung Jakarta Post. Setelah itu, berjalan kaki ke kantor beliau (Jakob Oetama)," ucapnya.

Saya percaya bahwa apa yang Anda telah membaca sejauh ini informatif. Bagian berikut ini harus pergi jauh ke arah membersihkan setiap ketidakpastian yang mungkin tetap.

Ia mengaku perjalanan itu terasa tidak melelahkan lantaran bisa bertemu dengan Jakob Oetama, dan berbicara banyak hal perihal kondisi bangsa Indonesia. "Kita bicara banyak soal bangsa. Kenapa kok begini-begitu. Tapi menurut saya, kita ini tidak boleh meratapi," ucapnya.

Pertemuan dengan Jakob Oetama di kantor pun berlanjut ke acara HUT ke-80 Jakob Oetama. Bertempat di gedung Bentara Budaya, Syafi'i mengikuti perayaan HUT Jakob Oetama yang disertai peluncuran sebuah buku biografi bertajuk 'Syukur Tiada Akhir'.

Usai pertemuan, pria yang disapa Buya ini pun berkomentar soal sosok Jakob Oetama. "Sebagai manusia dia otentik. Apa yang diucapkan, dipikirkan, itu datang dari dalam, dari lubuk manusia. Saya senang," imbuhnya.

Jakob Oetama memulai karir sebagai guru sekolah menengah pertama di Jakarta awal tahun 1950-an. Ia terjun ke dunia jurnalistik saat ia menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956. Setelah itu, Jakob Oetama pun mendirikan majalah Intisari tahun 1963. Bersama PK Ojong, dua tahun kemudian Jakob menerbitkan Harian Kompas untuk pertama kalinya 28 Juni 1965. Sepeninggal Ojong, Jakob meneruskan Harian Kompas sehingga mencapai puncak kejayaannya di bisnis harian cetak, hingga saat ini.(Tribunnews.com/Ade Mayasanto)

Sebagai pengetahuan Anda tentang
bejubel market place terbaik indonesia terus tumbuh, Anda akan mulai melihat bagaimana
bejubel market place terbaik indonesia cocok ke dalam skema keseluruhan hal. Mengetahui bagaimana sesuatu berhubungan ke seluruh dunia juga penting.

No comments:

Post a Comment