Friday, July 2, 2010

Askes Masih Diragukan untuk Urus Jamkesmas

This interesting article addresses some of the key issues regarding indonesia. A careful reading of this material could make a big difference in how you think about indonesia.
NASIONAL - KESEHATAN
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) RI Endang Rahayu Sedyaningsih mengaku ragu menyerahkan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) kepada PT Askes. Meskipun banyak pihak yang menyarankan agar pelaksanaan Jamkesmas dipegang Askes saja, sembari menunggu penetapan UU BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), Endang mengaku tak mau menyerahkannya begitu saja. "Jujur saja, kami tidak berani serta-merta menyerahkan urusan Jamkesmas kepada PT Askes," ungkap Menkes di Jakarta, Jumat (2/7).

I trust that what you've read so far has been informative. The following section should go a long way toward clearing up any uncertainty that may remain.

Keraguan ini, menurut Menkes, terutama karena sesuai amanat UU SJSN bentuk badan hukum Askes berupa PT. Meski di lain pihak sebagian sudah berbentuk nirlaba, namun nyatanya masih di bawah naungan PT. "Tata aturan keuangan kita masih menyulitkan dalam penugasan ke Askes. Memang kami bisa saja menggunakan ketentuan UU 19 tentang BUMN, di mana salah satu pasalnya menyebutkan BUMN bisa menerima penugasan pemerintah," tuturnya.

Sementara di sisi lain, lanjut Endang, pemerintah juga dituntut menggunakan satuan biaya umum (SBU) sebagaimana diamanatkan APBN. Sedangkan Askes menggunakan pengelolaan keuangan dengan cara corporate. Selain itu, dalam Keppres 80, disyaratkan bahwa pembayaran kepada pihak ketiga harus per termin. Sementara sistem asuransi ini akan menyulitkan Askes dalam pengelolaannya.

"Ini akan berbeda jika Askes telah ditetapkan sebagai BPJS, sesuai UU SJSN," ucap Menkes lagi. (esy/jpnn)

There's a lot to understand about indonesia. We were able to provide you with some of the facts above, but there is still plenty more to write about in subsequent articles.

Libur Dua Hari ke Sun City

If you have even a passing interest in the topic of indonesia, then you should take a look at the following information. This enlightening article presents some of the latest news on the subject of indonesia.
Hari-hari tidak ada pertandingan, dimanfaatkan para wartawan yang meliput piala dunia untuk bersantai. Salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi adalah Sun City di Kota Rustenberg, yang dijuluki sebagai "Las Vegas"-nya Afrika Selatan. Laporan KURNIAWAN MUHAMMAD, Rustenberg

DI

setiap kota yang menjadi host pertandingan piala dunia di Afrika Selatan (Afsel), semuanya punya keunggulan sendiri-sendiri. Misalnya Rustenberg di provinsi North West. Keunggulan kota yang dibangun sejak 1905 ini, selain merupakan kombinasi antara kawasan pertambangan dan pertanian, juga dijuluki sebagai kota kasino. Sebab, di sana terdapat kasino terbesar di Afsel, bahkan disebut-sebut sebagai salah satu dari 10  kasino terbesar di dunia. Namanya Sun City. Jika dari Johannesburg (Joburg), lokasi Sun City berada searah dengan jalur menuju ke Stadion Royal Bofakeng. Dari Joburg kira-kira jaraknya 140 kilometer. Begitu berada di Sun City, rasanya masuk di sebuah kawasan tersendiri. Maklum, lokasinya jauh dari perkampungan penduduk. Bangunan kasino itu terletak di antara bukit-bukit dan hamparan lahan tandus.

Datang ke Sun City, tidak hanya kasino saja yang menjadi daya tariknya. Berbagai sarana hiburan untuk keluarga tersedia di sana. Nuansa yang ingin dibangun oleh pemilik Sun City adalah suasana hutan, dengan binatang-binatang di dalamnya.

"Selama ini saya mendengar Sun City dari berita-berita yang saya baca. Mumpung tidak ada pertandingan, saya sempatkan ke sini," kata Nelson Fernando Lemos, seorang reporter dari TPA (Television Public of Angola) yang Rabu lalu (30/6) datang ke Sun City bersama lima orang temannya.

Hari itu, ketika berada di Sun City, Jawa Pos memang banyak berjumpa dengan para wartawan yang meliput piala dunia. Mereka mudah dikenali sebagai wartawan peliput piala dunia dari ID Card  FIFA yang dikalungkan di lehernya. Mereka bisa bersantai, karena selama dua hari (30 Juni dan 1 Juli) menjelang babak perempat final sedang tidak ada pertandingan.

Sometimes the most important aspects of a subject are not immediately obvious. Keep reading to get the complete picture.

Bagi yang datang ke Sun City secara berombongan dengan bus, tersedia angkutan semacam monorail yang akan membawa penumpang dari areal parkir bus  menuju ke lokasi. Monorail itu disediakan secara gratis.

Ketika sudah berada di Sun City, ada beberapa objek yang bisa didatangi. Selain rumah judi yang dirancang cukup besar, juga ada bioskop, gedung konser, sarana ski air, parasailing, kebun raya yang subur (botanical garden), selancar angin hingga tempat khusus untuk bermain layang.

Di beberapa sudut di ruangan dalam Sun City, bangunannya dibikin seperti berada di hutan.  Ada patung gorila, kera, bahkan ada deretan patung gajah yang seperti sedang berbaris di depan sebuah gua. Agar nuansanya benar-benar seperti di hutan, ketika menyusuri gua itu, terdengar rekaman suara berbagai macam hewan.

Dari tempat tersebut, pengunjung bisa langsung masuk ke areal pantai buatan. Saking detailnya yang membuat pantai itu, suasananya mirip seperti suasana di Pantai Sanur. Ombak dibikin agak bergelombang sehingga asyik untuk dibuat berenang, pasir pantai yang lembut, hingga beberapa titik di pinggiran pantai itu yang nyaman dibuat untuk berjemur.

Di Sun City  juga ada dua lapangan golf dan taman buaya yang mungkin tiada duanya di dunia. Disebut demikian, karena di sana, terdapat buaya dengan berbagai macam ukuran. Mulai dari yang paling kecil (anak buaya) hingga paling besar. Jawa Pos yang sudah banyak melihat berbagai macam ukuran buaya, baru di Sun City itulah menyaksikan ukuran buaya paling besar. Hewan-hewan buas itu berlokasi di arah keluar Sun City. Namanya Kwena Gardens.

Setiap akan masuk ke Kwena Gardens, dikenakan tarif 40 Rand per orang. Buaya-buaya dengan berbagai macam ukuran itu diletakkan di tempat yang berbeda-beda, dan bisa disaksikan pengunjung sejak dari awal masuk ke lokasi Kwena Garden hingga ke pintu keluar. Mula-mula, Jawa Pos menganggap biasa tempat tersebut, karena buaya-buaya yang disaksikan tak jauh berbeda dengan buaya-buaya di Indonesia.

Tapi, ketika berada di lokasi agak mendekati pintu keluar, barulah Jawa Pos merasa berbeda. Karena di sana, terdapat buaya-buaya dengan ukuran besar. Mungkin empat kalinya buaya paling besar yang pernah disaksikan Jawa Pos di Kebun Binatang Surabaya atau di Ragunan, Jakarta. Dengan berbagai keunggulan itu, membuat Sun City menjadi tujuan wisata yang tak dilewatkan untuk dikunjungi para suporter yang kebetulan sedang berada di Kota Rustenberg. (*)

There's no doubt that the topic of indonesia can be fascinating. If you still have unanswered questions about indonesia, you may find what you're looking for in the next article.